Senin, 07 Januari 2013

Ilmu Sosial Dasar Internasioanal


Sejak tanggal 10 sampai tanggal 14 Juni 2010 di Hong Kong Convention Center diselenggarakan gabungan Konperensi Dunia tentang Kesejahteraan dan Pembangunan Sosial. Konperensi yang dihadiri oleh lebih dari 2000 tenaga ahli profesional, akademisi, praktisi di bidang sosial dan pembangunan sosial, perancang sosial dan para pemangku kebijaksanaan dalam bidang pembangunan sosial tersebut disponsori bersama oleh delapan organisasi sosisal kemasyarakatan di Hong Kong yang bertindak sebagai tuan rumah serta organisasi Kesejahteraan serta Pembangunan Sosial Dunia yang anggotanya tersebar di seluruh dunia.
Para peserta konperensi diundang menjadi bagian penting yang mampu ikut serta dalam proses merumuskan agenda dunia melalui pembahasan isue-isue sosial global yang penting serta memperbincangkan masalah-masalah aktual dunia lainnya dengan saling berbagi pengetahuan dan ketrampilan, pengalaman dan strategi yang berharga sehingga dapat saling memperkaya demi peningkatan mutu pelayanan dan advokasi pembangunan sosial dan pekerjaan-pekerjaan sosial kemasyarakatan lainnya. Para peserta juga diharapkan bisa memanfaatkan pertemuan dunia itu untuk belajar dan mempergunakan forum penting tersebut untuk saling mengadakan dialog mencari solusi atau mengembangkan peran baru bagi profesional di bidang sosial menghadapi upaya untuk memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah yang berubah dengan sangat cepat. Para peserta diharapkan juga bisa mengembangkan diskusi, menjalin kerjasama antar lembaga atau sinergi antar profesional untuk mengembangkan agenda mengembangkan upaya-upaya pembangunan di bidang sosial berbasis penduduk yang berkelanjutan

Utusan Indonesia yang terdiri antara lain dari Dr. Tjuk Kasturi Sukiadi, SE, Ketua DNIKS, Dr. Rohadi Haryanto, MSc, Sekretaris Jenderal DNIKS, Drs. Soedarmadi, Direktur Yayasan Damandiri dan Dr. Mulyono Daniprawiro, MM, Deputi Yayasan Damandiri yang dipimpin langsung oleh Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Umum DNIKS, menyajikan pengalaman Indonesia melaksanakan berbagai upaya pemberdayaan keluarga dalam rangka pengentasan kemiskinan dan pencapaian sasaran dan target-target MDGs melalui Pos Pemberdayaan Keluarga. Penyajian materi ini dianggap menarik karena sejak ringkasannya disampaikan kepada Panitia langsung memperoleh penghargaan karena dianggap membawakan praktek pembangunan sosial berbasis penduduk yang baru dan berorientasi masyarakat. Praktek pembangunan sosial ini merupakan perluasan dari pelayanan sosial berbasis panti-panti yang dewasa ini kewalahan karena masalah sosial kemasyarakatan yang bertambah kompleks dan sangat meluas.

Dalam sajian minggu lalu itu disampaikan bahwa sukses pembangunan sosial sebenarnya pernah dilaksanakan melalui program KB nasional. Keberhsilan itu sangat tergantung pada komitmen yang kuat dari pimpinan politik, para eksekutif maupun legislatif, di tingkat pusat sampai ke tingkat akar rumput. Komitmen itu diterjemahkan menjadi gerakan operasional yang didukung partisipasi rakyat yang kuat dan stake holders lainnya. Perluasan pendekatan dari pendekatan kelembagaan seperti panti kepada pendekatan kemasyarakatan menjadikan keluarga sebagai titik sentral pemberdayaan. Perluasan itu diperlukan karena masyarakat telah berhasil melakukan transisi demografi dengan akibat membengkaknya kelompok penduduk dewasa dan lansia. Padahal kesempatan kerja tidak banyak bertambah dan kemiskinan belum bisa diatasi.

Pembangunan dan pelayanan sosial melalui Posdaya memungkinkan semua keluarga dan anggotanya memainkan peran yang positip. Setiap anggota bisa mengikuti proses pemberdayaan dalam irama sesuai semangat kebersamaan dan saling belajar dari keluarga lainnya. Proses itu memungkinkan setiap keluarga tidak mampu bisa dan harus bekerja keras dalam kebersamaan di lingkungannya. Sebaliknya keluarga mampu harus peduli dan berbagi kebaikan kepada keluarga lain, utamanya keluarga kurang mampu tanpa berpretensi sebagai keluarga dengan kemampuan yang berkelebihan. Ciri kebersamaan dan saling kasih mengasihi karena mereka bersaudara, berteman, atau bertetangga menjadi kunci kebersamaan dan kedamaian sesama anggota Posdaya.

Karena tujuan utama pemberdayaan melalui Posdaya adalah memperkuat fungsi-tungsi utama keluarga, maka program yang ditawarkan adalah usaha memperkuat delapan fungsi utama keluarga yaitu dalam bidang keagamaan, budaya, cinta kasih, perlindungan, KB dan kesehatan, pendidikan, wirausaha dan pelestarian lingkungan. Disamping itu karena upaya pemberdayaan dikaitkan dengan pencapaian sasaran dan target-target MDGs maka diupayakan pendalaman tentang penyakit menular, upaya kerjasama antar Posdaya serta kemungkinan pengembangan wawasan kewirausahaan dalam rangka kerjasama global. Upaya pemberdayaan melalui Posdaya diarahkan juga untuk mengangkat harkat dan martabat keluarga, utamanya dalam ukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Oleh karena itu pada pemberdayaan melalui Posdaya di desa-desa setiap keluarga mulai diajak untuk berjaya dalam bidang ekonomi bersama atau koperasi serta perhatian yang tinggi terhadap bidang pendidikan dengan mengajak semua anak usia sekolah untuk sekolah, mulai saat dini dengan mengajak orang tua balita mengirim anak balitanya ke Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD. Disamping itu setiap keluarga diharuskan memberi perhatian pada upaya mengembangkan Budaya Hidup Sehat dengan menjadikan halaman rumahnya sebagai Kebun Bergizi, serta memberi perhatian yang tinggi terhadap kesehatan ibu dan anak dengan ikut ber-KB, dengan mengusahakan setiap keluarga menjadi agen-agen pembangunan budaya bangsa dalam hidup bersama secara damai dan sejahtera.

Disamping penyajian yang bersifat resmi, para peserta dari Indonesia ikut aktif dalam setiap pertemuan untuk menggali sebanyak mungkin pengalaman dunia dalam penyelesaian masalah sosial dan pengembangan cara-cara yang lebih efektip dalam membantu pemberdayaan keluarga dan masyarakat. Konperensi besar membawa manfaat yang luar biasa. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Umum DNIKS, www.haryono.com).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar